Kamis, 11 Februari 2010

PERAN PESANTREN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

OLEH : DR. K.H. ABDULLAH SYUKRI ZARKASYI
(Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo)

Pengantar
Pendidikan adalah pilar utama pembangunan bangsa. Keberhasilan pendidikan suatu bangsa berkaitan erat dengan kemajuan yang dicapai. Karena itu adalah suatu keniscayaan bila pemerintah dan masyarakat memprioritaskan pembangunan bidang pendidikan secara menyeluruh. Terutama pendidikan yang membentuk karakter nasional bangsa.
Membahas pendidikan karakter, tentu akan banyak pertanyaan yang harus dijawab. Apa arti pendidikan ?. Bagaimana sistem pendidikannya ? Siapa yang mendidik ? Kapan waktunya ? Dengan apa mendidik ? dan masih banyak lagi. Maka pada kesempatan ini, kami akan membahas permasalahan ini berdasarkan pengalaman yang sudah kami terapkan lebih dari 83 tahun di Pondok Modern Darussalam Gontor.

Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren
Pesantren sebagai salah satu sub sistem Pendidikan Nasional yang indigenous Indonesia, mempunyai keunggulan dan karakteristik khusus dalam mengaplikasikan pendidikan karakter bagi anak didiknya (santri). Hal itu karena :
 Adanya Jiwa dan Falsafah.
Pesantren mempunyai jiwa dan falsafah yang ditanamkan kepada anak didiknya. Jiwa dan falsafah inilah yang akan menjamin kelangsungan sebuah lembaga pendidikan bahkan menjadi motor penggeraknya menuju kemajuan di masa depan.
Ada Panca Jiwa yang terdiri dari :
1. Keikhlasan
2. Kesederhanaan
3. Kemandirian
4. Ukhuwah Islamiyah dan
5. Kebebasan dalam menentukan lapangan perjuangan dan kehidupan
Panca jiwa ini menjadi landasan ideal bagi semua gerak langkah pesantren.
Pesantren juga mempunyai falsafah yang menjadi mutiara hikmah bagi seluruh penghuni pesantren. Diantaranya ada Falsaafah kelembagaan, seperti :
1. Pondok adalah lapangan perjuangan, bukan lapangan penghidupan.
2. Hidupilah Pondok, dan jangan menggantungkan hidup kepada Pondok.
3. Pondok adalah tempat ibadah dan thalabul ‘ilmi.
4. Pondok berdiri di atas dan untuk semua golongan.
Berikutnya adalah falsafah pendidikan, seperti :
1. Apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dikerjakan oleh santri sehari-hari adalah pendidikan
2. Hidup sekali, hiduplah yang berarti.
3. Berani hidup tak takut mati, takut mati, jangan hidup, takut hidup mati saja.
4. Berjasalah, tetapi jangan minta jasa.
5. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.
6. Hanya orang penting yang tahu kepentingan, dan hanya pejuang yang tahu arti perjuangan.
Sedang diantara falsafah pembelajarannya adalah :
1. Metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metode, jiwa guru lebih penting daripada guru itu sendiri.
2. Pondok memberikan kail, tidak memberi ikan.
3. Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian.
4. Ilmu bukan untuk ilmu, tetapi ilmu untuk amal dan ibadah.

 Terwujudnya Integralitas dalam Jiwa, Nilai, Sistem dan Standar Operasional Pelaksanaan.
Terciptanya integralitas yang solid pada jajaran para pendidik hingga anak didik, terhadap pemahaman jiwa, nilai, visi, misi dan orientasi, sistem hingga standar operasional pelaksanaan yang sama.
Transformasi nilai-nilai pendidikan pesantren yang berlangsung sepanjang tahun, melalui berbagai sarana (lisan, tulisan perbuatan dan kenyataan), telah mampu memadukan seluruh komponen pesantren dalam satu barisan. Sehingga tidak terjadi tarik-menarik kepentingan dan orientasi antara satu pihak dengan lainnya. Semuanya melandasi gerak langkahnya dengan bahasa keikhlasan, kesederhanaan, kesungguhan, perjuangan dan pengorbanan untuk menggapai ridha Allah. Semua mempunyai pengertian dan keterpanggilan akan tanggungjawab untuk merealisasikan visi dan misi pendidikan pesantrennya. Semua mempunyai keterikatan pada sistem hingga kultur yang sudah terbentuk di pesantren. Karena mereka semua mempunyai kesadaran, keterpanggilan dan loyalitas baik kepada nilai, sistem maupun pemimpin. Soliditas ini menumbuhkan kekuatan yang dahsyat dalam proses pendidikan karakter di pesantren.

 Terciptanya Tri Pusat Pendidikan yang Terpadu.
Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari tiga faktor yang saling menopang dan mendukung, yaitu pendidikan sekolah, pendidikan keluarga dan pendidikan masyarakat, yang semua itu harus mendapat dukungan dari Pemerintah. Bila di luar lingkungan pendidikan pesantren hal ini sulit direalisasikan secara ideal dan optimal, alhamdulillah di pesantren, ketiga faktor pendidikan ini dapat dipadukan. Para santri hidup bersama dalam asrama yang padat kegiatan dan berdisiplin, dibawah bimbingan para guru dan pengasuh.
Integralitas Tri Pusat Pendidikan membantu terwujudnya integralitas kurikulum antara intra, co dan ekstra kurikuler yang saling menguatkan. Juga mewujudkan Integralitas ilmu pengatahuan, antara ilmu agama dan pengetahuan umum yang tidak terdikotomikan, serta menciptakan integralitas antara ilmu dan amal dalam kehidupan.

 Totalitas Pendidikan.
Pesantren menerapkan totalitas pendidikan dengan mengandalkan keteladanan, penciptaan lingkungan dan pembiasaan melalui berbagai tugas dan kegiatan. Sehingga seluruh apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh santri adalah pendidikan. Selain menjadikan keteladanan sebagai metode pendidikan utama, penciptaan miliu juga sangat penting. Lingkungan pendidikan itulah yang ikut mendidik. Penciptaan lingkungan dilakukan melalui :
1. Penugasan
2. Pembiasaan
3. pelatihan
4. Pengajaran
5. Pengarahan
6. serta keteladanan.
Semuanya mempunyai pengaruh yang tidak kecil dalam pembentukan karakter anak didik. Pemberian tugas tersebut disertai pemahaman akan dasar-dasar filosofisnya, sehingga anak didik akan mengerjakan berbagai macam tugas dengan kesadaran dan keterpanggilan.
Setiap kegiatan mengandung unsur-unsur pendidikan, sebagai contoh dalam kegiatan kepramukaan, terdapat pendidikan kesederhanaan, kemandirian, kesetiakawanan dan kebersamaan, kecintaan pada lingkungan dan kepemimpinan. Dalam kegiatan olahraga terdapat pendidikan kesehatan jasmani, penanaman sportivitas, kerja sama (team work) dan kegigihan untuk berusaha.
Pengaturan kegiatan dalam pendidikan Pesantren ditangani oleh Organisasi Pelajar yang terbagi dalam banyak bagian, sepertti bagian Ketua, Sekretaris, Bendahara, Keamanan, Pengajaran, Penerangan, Koperasi Pelajar, Koperasi Dapur, Kantin Pelajar, Bersih Lingkunan, Pertamanan, Kesenian, Ketrampilan, Olahraga, Penggerak Bahasa, dll.
Kegiatan Kepramukaan juga ditangani oleh Koordinator Gerakan Pramuka dengan beberapa andalan; Ketua Koordinator Kepramukaan, Andalan koordinator urusan kesekretariatan, Andalan koordinator urusan keuangan, Andalan koordinator urusan latihan, Andalan koordinator urusan perpustakaan, Andalan koordinator urusan perlengkapan, Andalan koordinator urusan kedai pramuka, dan Pembina gugusdepan.
Pendidikan organisasi ini sekaligus untuk kaderisasi kepemimpinan melalui pendidikan self government. Sementara itu pada level asrama ada organisasi sendiri, terdiri dari ketua asrama, bagian keamanan, penggerak bahasa, kesehatan, bendahara dan ketua kamar. Setiap club olah raga dan kesenian juga mempunyai struktur organisasi sendiri, sebagaimana konsulat (kelompok wilayah asal santri) juga dibentuk struktur keorganisasian. Seluruh kegiatan yang ditangani organisasi pelajar ini dikawal dan dibimbing oleh para senior mereka yang terdiri dari para guru staf pembantu pengasuhan santri, dengan dukungan guru-guru senior yang menjadi pembimbing masing-masing kegiatan. Secara langsung kegiatan pengasuhan santri ini diasuh oleh Bapak Pimpinan Pondok yang sekaligus sebagai Pengasuh Pondok.
Pengawalan secara rapat, berjenjang dan berlapis-lapis ini dilakukan oleh para santri senior dan guru, dengan menjalankan tugas pengawalan dan pembinaan, sebenarnya mereka juga sedang melalui sebuah proses pendidikan kepemimpinan, karena semua santri, terutama santri senior dan guru adalah kader yang sedang menempuh pendidikan. Pimpinan Pondok membina mereka melalui berbagai macam pendekatan;
1. Pendekatan program
2. Pendekatan manusiawi (personal) dan
3. Pendekatan idealisme.
Mereka juga dibina, dibimbing, disupport, diarahkan, dikawal, dievaluasi dan ditingkatkan. Demikianlah pendidikan karakter yang diterapkan Pondok Modern Gontor melalui berbagai macam kegiatannya. Kegiatan yang padat dan banyak akan menumbuhkan dinamika, dinamika yang tinggi akan membentuk militansi dan militansi yang kuat akan menimbulkan etos kerja dan produktivitas. Pada akhirnya anak didik akan mempunyai kepribadian yang dinamis, aktif, dan produktif dalam segala kebaikan.

Pendidikan Karakter Nasional Bangsa
Kita menyadari bahwa pendidikan karakter dan moral sangat penting, dalam segala sektor kehidupan, kita membutuhkan moral dan akhlak karimah dalam berbangsa dan bernegara; ada etika bisnis, etika politik, etika kekuasaan dan etika pergaulan, dalam rangka membangun masyarkat madani yang adil dan makmur, adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.
Karakter nasional bangsa yang merupakan kualitas kepribadian tangguh yang dimiliki secara kolektif oleh masyarakat luas, dan bermuara pada nilai-nilai inti (core values) seperti amanah, menghormati orang lain dan toleran, kejujuran, kasih sayang, tanggung jawab serta kewarganegaraan (sosial), harus dipelihara dan senantiasa direvitalisasi agar selalu bisa menjadi inspirasi, pengobar semangat dan mampu berfungsi sebagai human capital sebuah bangsa karena karakter nasional menentukan ketahanan nasional bangsa yang bersangkutan.
Untuk merealisasikan dan mengembangkan pendidikan karakter nasional bangsa ada beberapa hal yang memerlukan perhatian pemerintah dan masyarakat : yang pertama adalah penyiapan lembaga pendidikan yang berkualitas, kedua adalah penyiapan tenaga pendidik terutama para kepala sekolah yang mempunyai kapabelitas serta intergritas kepribadian tinggi dan yang ketiga adalah penciptaan lingkungan yang kondusif bagi pendidikan karakter anak bangsa.
Pertama penyiapan lembaga pendidikan yang berkualitas. Lembaga pendidikan yang mempunyai orientasi character building, mementingkan pendidikan yang integral, mengembangkan dan meningkatkan potensi anak didik dalam segala aspek kemanusiannya. Pendidikan yang berbasis nilai, melakukan transformasi kepribadian, akhlak, tingkah laku, pola fikir dan sikap. Bukan hanya mentransfer informasi dan pengetahuan semata (aspek kognitif) dengan melalaikan aspek afektif dan spikomotorik.
Kedua menyiapkan tenaga pendidik terutama kepala-kepala sekolah yang handal untuk merealisasikan tujuan yang ditargetkan. Tenaga pendidik merupakan ujung tombak bagi keberhasilan tujuan pendidikan. Tenaga pendidik dan kepala sekolah yang mencintai tugasnya, mempunyai ruh dan semangat idealisme tinggi, berdedikasi dan mempunyai integritas moral tangguh, mempunyai kecakapan menejerial dan mampu menjadi teladan dalam segala hal bagi anak didiknya. Mereka harus dipersiapkan sedemikian rupa agar mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi dengan senantiasa meningkatkan diri dan memperbaharui pengetahuan (refresh/up-date), bersikap terbuka terhadap hal-hal baru (open mind) dan bersikap bersedia membantu (helpful).
Penciptaan lingkungan sekitar dan suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan pendidikan. Diperlukan stabilitas nasional, dukungan keluarga, masyarakat, LSM maupun lembaga lain merupakan pilar-pilar pendukung bagi keberlangsungan iklim pendidikan yang produktif dan berdampak positif bagi terciptanya karakter bangsa peserta didik. Jika salah satu pilar terganggu maka seluruh proses pembelajaran pun terganggu.

Penutup dan Usulan
Langkah setrategis membangun karakter nasional bangsa adalah melalui pendidikan. Hanya negara-negara yang memiliki karakter nasional kuat yang siap bersaing ditengah globalisasi. Pesantren sebagai salah satu khazanah kekayaan budaya dan pendidikan di Indonesia bisa dijadikan model dalam pendidikan karakter bangsa.
Berkaitan dengan itu dalam rangka meralisasikan pendidikankarakter nasional bangsa ini kami mengusulkan kepada pemerintah beberapa ahal berikut ini :
1. Memperbanyak lembaga pendidikan guru yang berkualitas dan berbentuk asrama.
2. Mengadakan pendidikan yang memepersiapkan calon kepala sekolah agar menjadi pemimpin dan pendidik yang cakap.
3. Membangun lingkungan yang kondusif untuk pendidikan dan pertumbuhan generasi muda kita.
Demikianlah, sumbangan pemikiran dan pengalaman yang dapat kami persembahkan untuk ikut membangun kejayaan bangsa dan negara yang kita cintai ini. Semoga 'inayah dan taufiq Allah senantiasa menyertai kita. Amin.


Gontor, 12 Januari 2010

Tidak ada komentar: